Become A Donor

Become A Donor
Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Contact Info

12 William Street , Earlwood, Sydney, NSW, Australia, New South Wales.

(+61) 497 - 613 - 047

church@gpdiaustralia.org

Sejarah Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI)

“Menuju GPdI 100 Tahun”, Dari Cepu 1921 – 2021 Sudah Menjangkau Dunia.

Di Betle Temple Meeting, tepi Green Lake, Seatle, Washington, Amerika Serikat, pada tahun 1919, ada dua hamba Tuhan: Richard Van Klaveren dan Cornelius E. Croesbeek, mendapatkan penglihatan, keduanya diperintahkan Tuhan untuk pergi memberitakan Injil ke Nedherland Oost Indie (sekarang Indonesia).

Disertai dengan tanda heran, Tuhan menyediakan kebutuhan pendanaan untuk keduanya dan keluarga, melaksanakan misi penginjilan di Indonesia, tepatnya tanggal 4 Januari 1921, Richard Van Klaveren dan Cornelius E. Croesbeek, membawa keluarga mereka masing-masing berangkat dari Amerika menuju Indonesia dengan kapal laut Suamaru, melalui jurusan Yokohama, Osaka, Hongkong lalu ke Batavia.

Menempuh perjalanan kurang lebih dua bulan, pada bulan Maret 1921, Richard dan Cornelius tiba di Batavia (Jakarta), lalu mereka melanjutkan perjalanan ke Bali melalui Mojokerto, Surabaya, Banyuwangi dengan menumpang kapal Varkenboot. Pekabaran Injil Sepenuh di Pulau Dewata hanya berjalan selama 21 bulan, dikarenakan kekuatiran dari pemerintah Belanda, Pekabaran Injil ini akan merusak kebudayaan Bali, yang terkenal ke manca negara, sebab Bali menjadi destinasi wisata Internasional.

Bulan Desember 1922, mereka akhirnya meninggalkan Bali dan kembali ke Batavia/Jakarta, perkenalan mereka dengan Mrs. Wijnen, yang menceritakan dia mempunyai seorang keponakan di Cepu, Jawa Timur, bernama F. G Van Gessel. Kedua missionaris ini menindaklanjuti cerita Mrs. Wijnen tersebut, akhirnya pada bulan Januari 1923, Richard dan Cornelius berangkat menuju Cepu.

Di Deterdink Boulevard Cepu inilah, pertama kalinya kebaktian yang diberi nama Gereja Pantekosta dimulai. Pemberitaan Injil Sepenuh dengan Api Pantekosta yang dibawa oleh Pdt. Richard Van Klaveren dan Pdt. Cornelius E. Croesbeek, membuahkan hasil, keponakan Mrs. Wijnen bernama F. G. Van Gessel berserta keluarganya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

Pada kebaktian bulan Januari 2013, sudah diikuti 50 orang jemaat yang merindukan lawatan Roh Kudus. Pekerjaan Tuhan terus berkembang, pada tanggal 19 Maret 1923, berdirinya Vereninging De Pinkstergemeente In Nederlandsch Oost Indie, cikal bakal Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI).

30 Maret 1923, kebaktian yang diadakan di pasar Sore Cepu, disertai dengan pelaksanaan baptisan selam yang dilayani oleh Pdt. Cornelius dan Pdt. J. Thiessen kepada 13 orang jiwa baru, termasuk F. G. Van Gessel beserta isterinya, juga S.I.P Lumoindong berserta isteri dan Agust Kops. Peristiwa ini merupakan dipancangkannya tonggak sejarah Gereja Pantekosta. 

Pada tanggal 30 Juni 1923, aktivitas pelayanan ini mendapatkan pengakuan, kemudian diterbitkan SK Gubernur Hindia Belanda dengan Badan Hukum No. 2924, tanggal 4 Juni 1924 di Cipanas, Jawa Barat.

Tahun 1942 – 1946, terlaksananya pengalihan kepengurusan GPdI yang dipegang oleh putra bangsa. H. N. Runkat terpilih menjadi Ketua, dengan para anggota diantaranya; S I P Lumoindong, R M Suprapto dan R O Tambunan.

Tanggal 24 Juli 1947, dalam Musyawarah Nasional I (Munas) GPdI di Jakarta, Susunan Pengurus baru ditetapkan. Ketua: H. N. Runkat, dengan para anggota: E. Lessnusa dan J. D. Syaranamual dll.

Tahun 1957 – 1969, Musyawarah Nasional (Munas) GPdI diadakan sebanyak tiga kali, terpilih sebagai Ketua Pdt. E. Lessnusa yang mempimpim organisasi tersebut selama 3 periode berturut-turut, dan dalam pelaksanaan Munas berikutnya (dua kali) Pdt. E. Lessnusa tetap terpilih sebagai Ketua.

Tahun 1970 – 1980, Munas GPdI memilih Pdt. L. A. Pandelaki sebagai ketua dan Pdt. W. H. Bolang memimpin sebagai Ketua Umum GPdI selama dua periode.

1980 – 2012, Munas XXIV GPdI berlangsung di Malang. Sistem kepemimpinan disesuaikan dengan AD/ART yang telah disempurnakan. Dalam berbagai Munas, terpilih sebagai Ketua Umum adalah Pdt. AH. Mandey.

Pada Munas 2012 di Manado – Sulawesi Utara, Pdt. Dr. M. D. Wakary terpilih sebagai ketua Umum Majelis Pusat, dengan Sekretaris Umum Pdt. Adi Sujaka, M.Th, dan Bendahara Umum Pdt. Hendrik Runtukahu.

Pada Munas 2017 di Bandung – Jawa Barat, Pdt. Dr. John Weol, M.Th terpilih sebagai Ketua Umum, dengan Sekretaris Umum Pdt. Dr. John Lumenta dan Bendahara Umum Pdt. Dr. Noch Mandey, M.Th.